Digitalisasi di Indonesia berkembang secara signifikan. Jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai angka 132 juta pengakses memberi peluang bagi Indonesia dalam perkembangan ekonomi digital.
Peluang dan tantangan itulah yang dibahas dalam acara The 3rd Asian Undergraduate Summit “Leadership in Complex World: Disruptive Change in Everyday Life”. Acara yang diikuti para mahasiswa di negara-negara ASEAN tersebut dibuka pada Senin (5/6) di Aula Garuda Mukti Kantor Manajemen Universitas Airlangga.
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Ir. Lis Sutjiati, MBA mengatakan, masyarakat hendaknya bersikap responsif dalam menghadapi perkembangan digital. Menurutnya, konsep digital ekonomi merupakan peluang untuk menyelesaikan segala permasalahan termasuk ketimpangan ekonomi.
Sutjiati menambahkan, perguruan tinggi bisa memainkan perannya dalam penerapan konsep digital ekonomi di masyarakat. Contohnya, melalui implementasi program-program kerja dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata-Belajar Bersama Masyarakat.
“Bisa diaplikasikan pada kegiatan KKN–BBM. Mahasiswa bisa membangun bank problem terkait permasalahan remaja, pendidikan, rumah tangga, lingkungan, dan masih banyak lagi. Masalah-masalah tersebut nanti dikelompokkan dan kemudian dianalisis,” tutur staf khusus Menkominfo.
Namun, perkembangan digitalisasi dihadapkan pada tantangan. Ledakan informasi yang banyak diproduksi dan diterima masyarakat milenial membuat mereka tak terbiasa dengan budaya diskusi. Akibatnya, informasi yang diterima langsung
diteruskan ke pihak lain tanpa proses verifikasi.
“Ini akan berdampak pada pemahaman ketika mayoritas menyampaikan sesuatu akan dijadikan sebagai kebenaran. Ketika hal itu terus dibiarkan, ini akan dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Jika dibiarkan, hal ini akan membawa dampak negatif dalam menghadapi persaingan global ini,” pungkasnya.
Direktur Utama Pekku Instan Website Kevin Alendro mengatakan, era digital memberi kemudahan berupa efisiensi waktu kepada pengguna. Hal tersebutlah bisa dijadikan peluang untuk mengatasi permasalahan.
“Kita butuh inovasi seperti Go-Jek. Keberadaan Go-Jek bisa mengubah cara hidup orang banyak yang menggunakan layanannya,” tutur Kevin.
Program The 3rd Asian Undergraduate Summit merupakan kerjasama yang sudah diselenggarakan kali ketiga antara National University of Singapore dan universitas-universitas lainnya di kawasan ASEAN, termasuk UNAIR.
Direktur Airlangga Global Engagement Prof. Dr. Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan, kegiatan mobilitas akademik ini merupakan sarana bagi mahasiswa untuk berinovasi dan bertukar pikiran di skala global.
“Semua mengambil peran khususnya masyarakat Indonesia untuk menyambut era digitalisasi. Ekonomi digital ini memiliki potensi yang besar bagi masyarakat Indonesia. Kawan-kawan mahasiswa bisa memulai langkah nyata dalam berkontribusi kepada masyarakat di lingkungan sekitar,” terang Nyoman.
Acara yang diikuti sebanyak 20 mahasiswa dari tiga negara termasuk Vietnam tersebut dilangsungkan selama tujuh hari di kampus UNAIR. Di sesi kedua pula, seluruh peserta 3rd Asian Undergraduate Summit dari berbagai negara akan berkumpul di Singapura pada 28 Juni sampai 3 Juli.
Penulis: Helmy Rafsanjani

Advertisement

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top